Guru Latah Kurikulum: Antara Antusiasme dan Implementasi Nyata

Guru Latah Kurikulum: Antara Antusiasme dan Implementasi Nyata

Oleh; Fachruddien Imam [Trainer Sinergi Edukasi Indonesia]

Kehadiran Kurikulum Merdeka disambut dengan antusiasme yang tinggi di kalangan pendidik. Namun, di balik antusiasme tersebut, tersimpan kekhawatiran akan adanya “guru latah kurikulum”. Fenomena ini merujuk pada kondisi di mana guru terbawa arus perubahan tanpa benar-benar memahami esensi kurikulum baru, sehingga implementasinya menjadi setengah-setengah dan tidak membawa dampak signifikan pada pembelajaran.

Beberapa faktor yang menyebabkan guru menjadi “latah” dengan kurikulum baru, khususnya Kurikulum Merdeka, antara lain:

  • Tekanan untuk mengikuti tren: Guru seringkali merasa tertekan untuk selalu mengikuti perkembangan terbaru dalam dunia pendidikan, termasuk perubahan kurikulum.
  • Kurangnya pemahaman mendalam: Tidak semua guru memiliki pemahaman yang komprehensif tentang filosofi, tujuan, dan prinsip-prinsip Kurikulum Merdeka.
  • Sumber daya yang terbatas: Kurangnya pelatihan yang memadai, sarana prasarana yang mendukung, serta waktu yang cukup untuk beradaptasi menjadi kendala besar.
  • Kebiasaan mengajar yang sulit diubah: Guru yang sudah terbiasa dengan metode mengajar konvensional akan mengalami kesulitan dalam menerapkan pendekatan pembelajaran yang lebih fleksibel dan berpusat pada peserta didik seperti yang diusung oleh Kurikulum Merdeka.

Fenomena “guru latah” dapat berdampak negatif terhadap kualitas pembelajaran, di antaranya:

  • Implementasi yang tidak efektif: Kurikulum Merdeka hanya menjadi formalitas tanpa ada perubahan yang signifikan dalam praktik pembelajaran.
  • Ketidakkonsistenan dalam penerapan: Guru hanya menerapkan sebagian kecil dari komponen Kurikulum Merdeka, sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai secara optimal.
  • Kehilangan semangat inovasi: Guru menjadi kurang kreatif dan inovatif dalam mengembangkan pembelajaran.

Untuk mengatasi fenomena “guru latah” dan memastikan keberhasilan implementasi Kurikulum Merdeka, diperlukan beberapa upaya masif di antaranya;

  • Peningkatan kapasitas guru: Melalui pelatihan yang berkelanjutan dan relevan, guru dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang Kurikulum Merdeka.
  • Dukungan dari sekolah: Sekolah perlu menyediakan sarana prasarana yang memadai, serta menciptakan lingkungan yang kondusif bagi guru untuk belajar dan berkembang.
  • Pengembangan komunitas pembelajaran: Kepala sekolah perlu pro aktif untuk memberikan kesempatan kepada para guru untuk tumbuh melalui komunitas belajar dengan berdiskusi, berbagi pengalaman, dan belajar bersama.
  • Evaluasi yang berkelanjutan: Melalui evaluasi yang sistematis, dapat diketahui sejauh mana keberhasilan implementasi Kurikulum Merdeka dan langkah-langkah perbaikan yang diperlukan.

Kurikulum Merdeka menawarkan potensi besar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di Indonesia. Namun, keberhasilan implementasinya sangat bergantung pada kesiapan dan komitmen para guru. Dengan menghindari sikap “latah” dan melakukan perubahan yang bermakna, guru dapat menjadi agen perubahan yang sejati dalam dunia pendidikan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *