Membentengi Sekolah dari Bullying

Bullying atau perundungan menjadi aktivitas meresahkan di sekolah, bahkan di level dasar. Tindakan ini sangat mengganggu berbagai aktivitas di sekolah. Bullying seperti penyakit menular yang dengan cepat yang menimbulkan banyak korban.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) merilis data bahwa sepanjang tahun 2022, setidaknya sudah terdapat lebih dari 226 kasus kekerasan fisik dan psikis, termasuk perundungan yang jumlahnya terus meningkat hingga saat ini (BBC News Indonesia, 22/07/2022).
Pakar Psikologi Anak UNESA, Riza Noviana Khoirunnisa, S.Psi., M.Si.,menyebutkan beberapa fator penyebab terjadinya byllying, di antaranya; ketidakseimbangan antara pelaku dengan korban. Ukuran fisik, kepandaian komunikasi, gender hingga status sosial. Ketidakseimbangan tersebut disalahgunakan untuk kepentingan pelaku dengan cara mengganggu atau mengucilkan korban.
Selain itu, faktor lingkungan pergaulan yang negatif serta pengaruh teman sebaya dan lain-lain juga menjadi faktor penyerta terjadinya perundungan.
Faktor lain yang tidak kalah penting adalah, bullying kurang mendapat perhatian sehingga jatuh korban. Perhatian yang kurang ini bisa disebabkan karena memang efek bullying yang tidak tampak secara langsung. Juga tidak terendus karena banyak korban yang tidak melapor; entah itu karena takut, malu atau diancam maupun karena alasan yang lain. Maka perlu bagi pihak sekolah untuk lebih jeli melihat benih-benih bullying di sekolah. Secara kasat mata biasanya tampak seperti candaan biasa kepada anak-anak yang berujung ejekan atau olokan secara verbal yang berbahaya bagi anak.
Guru dan orang tua perlu lebih banyak mengetahui tentang bullying dan dampaknya terhadap anak. Pengetahuan ini sangat penting untuk melihat apakah masalah di sekitar anak serius atau tidak.
Beberapa hal yang bisa dilakukan di sekolah untuk menekan aktivitas bullying di antaranya;
Preventif (Langkah Pencegahan): Beragam langkah pencegahan di sekolah dapat dimulai dengan memberikan pemahaman secara terus menerus kepada seluruh warga sekolah. Guru maupun siswa perlu mamahami tugas masing-masing dan saling mendukung, sehingga muncul sebuah sinergi yang baik. Selain itu, mengajak siswa untuk berkolaborasi dalam setiap aktivitas membuat siswa saling menghargai satu sama lain, sehingga benih bullying dapat diminimalisir. Secara fisik, membuat ragam poster afirmasi terkiat bullying dapat dilakukan di sekolah. Proses edukasi dan supervisi direncanakan dan dilaksanakan sebaik-baiknya.
Kuratif (Langkah Penyembuhan): Saat terjadi bullying di sekolah, sekecil apapun, segera tangani dengan baik. Guru perlu lebih peka untuk menemukan akar masalah dan solusi, sehingga permasalahan yang mengakibatkan bullying dapat diatasi dengan baik. Maksimalkan bimbingan dan konseling sekolah agar proses kuratif maupun proses pemulihan korban bullying dapat berjalan dengan baik. Memastikan siswa berani untuk melaporkan setiap tindakan bullying adar tidak menular kepada yang lain. Dari sisi kebijakan sekolah, perlu dilaksanakan dengan baik kebijakan mapun sanksi terhadap aktivitas bullying agar tidak terulang.
Seluruh kegiatan ini tidak akan terwujud dengan baik tanpa kontribusi positif dari seluruh warga sekolah sampai dengan orang tua, sehingga proses edukasi terus dilakukan dengan sebaik-baiknya.
[imam_sei]